• gambar
  • gambar

Selamat Datang di Website SMK NEGERI 6 SUKOHARJO. Terima Kasih atas kunjungannya..

Pencarian

Kontak Kami


SMK NEGERI 6 SUKOHARJO

NPSN : 20360954

Blimbing Gatak Sukoharjo


smaknam.skh@gmail.com

TLP : 0271-7894205


          

Agenda

06 December 2023
M
S
S
R
K
J
S
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6

Statistik


Total Hits : 122669
Pengunjung : 35926
Hari ini : 15
Hits hari ini : 62
Member Online : 0
IP : 3.80.4.147
Proxy : -
Browser : Opera Mini

PJJ Alur Pedati (Bag.1)




Pembelajaran Jarak Jauh yang Efektif dan Menyenangkan dengan Alur PEDATI pada Mata Pelajaran Animasi 2 Dimensi

(Bagian 1)

 

Oleh :

Betty Resmi Handayani, S.Kom | SMKN 6 Sukoharjo, Jawa Tengah

 

Pandemi Covid-19 atau wabah Coronavirus Disease yang terjadi secara serempak di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia telah membuat semua jenjang sekolah terpaksa ditutup sejak pertengahan bulan Maret yang lalu. Pemerintah mengambil kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran dari rumah demi keselamatan dan kesehatan peserta didik yang rentan terhadap penularan virus. Pembelajaran yang semula menggunakan moda tatap muka, yaitu peserta didik dan guru bertemu dalam waktu dan ruang yang sama di sekolah, kini mereka harus belajar jarak jauh dari rumah secara daring atau secara luring. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, daring adalah akronim dari ‘dalam jaringan’, artinya terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Aktivitas belajar daring dapat dilakukan melalui kelas maya dan web seminar (webinar). Sedangkan luring adalah akronim dari ‘luar jaringan’, artinya terputus dari jejaring komputer. Aktivitas yang termasuk luring adalah menonton siaran televisi, mendengarkan radio, membaca buku, dan mengerjakan tugas pada lembar kerja.

Untuk mengatur pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), Pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020. Surat Edaran tersebut diantaranya menjelaskan mengenai relaksasi kurikulum dan ketentuan proses belajar dari rumah, yaitu pembelajaran jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum, belajar difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19, aktivitas dan tugas dapat bervariasi sesuai minat dan kondisi masing-masing termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas, dan bukti aktivitas belajar diberi umpan balik yang bersifat kualitatif, tanpa harus memberi skor/nilai kuantitatif.

Bagi peserta didik, belajar jarak jauh dari rumah tanpa berinteraksi secara langsung dengan guru dan peserta didik yang lain adalah aktivitas yang tidak menyenangkan. Menurut survey yang dilakukan oleh Kemendikbud secara nasional pada orangtua dan anak, 62,5% menyatakan bahwa belajar dari rumah itu tidak menyenangkan, sedangkan sisanya yaitu 37,5% menyatakan senang. Ketidaksenangan peserta didik tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hambatan ketika belajar jarak jauh. Hambatan-hambatan tersebut adalah kurangnya bimbingan guru, kurangnya pendampingan orangtua, akses internet tidak lancar, tidak memiliki gawai yang memadai, tidak memiliki quota internet, dan tingginya godaan untuk bermain games.

Bagi guru, mengajar jarak jauh di masa pandemi ini adalah sebuah tantangan baru. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi semuanya dilaksanakan dengan cara yang berbeda dari cara mengajar tatap muka sebelumnya. Guru harus menyusun strategi pembelajaran berbasis aktivitas yang kontekstual dan konkrit, memanfaatkan kekuatan jejaring, serta fokus pada empati dan esensi. Dalam pembelajaran jarak jauh, dua hal yang harus dikemas secara harmonis oleh guru adalah aktivitas dan media. Aktivitas adalah the King dan media adalah The Queen (Chaeruman, 2019). Guru harus menyiapkan materi digital yang relevan dan menarik, serta memfasilitasi aktivitas pembelajaran yang komunikatif, apresiatif, akrab, dan menyenangkan.

Alur belajar menurut Dr. Uwes Chaeruman dibagi menjadi empat siklus, yaitu Pelajari-Dalami-Terapkan-Evaluasi, yang disingkat menjadi PEDATI. Pada siklus Pelajari, peserta didik dapat mempelajari materi digital berupa slide presentasi, video pembelajaran, media interaktif, simulasi, atau games. Guru dapat menempatkan materi digital tersebut pada Learning Management System (LMS) seperti Google Classroom, Microsoft Teams, Edmodo, Schoology, atau sistem e-learning yang telah dibuat sendiri oleh sekolah. Pada siklus Dalami, peserta didik memperdalam apa yang telah dipelajari dengan berpartisipasi aktif dalam forum diskusi melalui Grup WhatsApp (WA), Teams, Slido, Zoom, Google Meet, atau forum diskusi yang lain. Forum diskusi merupakan salah satu bentuk asesmen dalam pembelajaran asinkron, karena partisipasi maupun kualitas respon peserta didik dalam diskusi tersebut dijadikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari penilaian hasil belajar secara keseluruhan. Pada siklus Terapkan, peserta didik menerapkan apa yang telah dipelajari dengan mengerjakan tugas secara individu atau kelompok. Pada siklus terakhir yaitu Evaluasi, peserta didik mengerjakan asesmen dalam bentuk tes obyektif seperti pilihan ganda, mencocokkan, benar/salah, jawaban pendek, dan lain-lain. Evaluasi dapat dibuat dengan tes online yang menarik sehingga peserta didik antusias dan sungguh-sungguh dalam mengerjakannya, seperti Quizizz, Kahoot, Google Form, Microsoft Forms, Wordwall, dan sebagainya.




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :




Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :

Nama :

E-mail :

Komentar :

          

Kode :


 

Komentar :


   Kembali ke Atas